Bilamana ajal kita akan tiba
Di mana umur kita akan
berakhirnya?
Dapatkah kita merencana atau berjanji
Bagaimana cara
kematian akan kita alami
Sehingga kita siap rohani dan
jasmani?
Dapatkah kita memohon jatah umur yang bagi kita tepat
Sehabis
Ramadhan atau berhaji, ketika dosa diampuni tammat
Dan nyawa dicabut malaikat
ketika kita dalam keadaan sehat?
Dapatkah waktunya kita majukan atau
mundurkan
Ketika nafas terakhir itu dihembuskan
Dan sorotan mata kita
dikosongkan?
Dapatkah kita membereskan segala yang
terlalai
Hutang-hutang, janji-janji, kerja yang terbengkalai
Cita-cita
yang belum tercapai?
Dapatkah kita menekan semua bentuk
kesombongan
Dan kepada orang-orang yang hatinya kita sakitkan
Dengan
membungkuk merendah kita minta dimaafkan?
Dapatkah kita menyaring
pergosipan dan pergunjingan
Lalu suatu waktu total sepenuhnya
dihentikan
Sehingga daging saudara sendiri tak lagi dikunyah
dimakan?
Dapatkah kita menghabisi semua ganjalan iri hati
Kecemburuan
yang dibisikkan jin di telinga kanan dan kiri
Dan mereka diusir sejauh usir
dengn ayat Kursiy?
Dapatkah kita padamkan segala bentuk dendam
Yang di
dalam hati lama kita pendam-pendam
Dan dengan tulus memberikan
permaafan?
Dapatkah kita musnahkan perilaku ujub dan riya kita
Suka
mencerca dalam hati, pamer jasa dan harta
Dan berhenti
menyebut-nyebutnya?
Dapatkah kita dengan tepat melaksanakan
evaluasi
Terhadap harta benda yang selama ini diakumulasi
Sehingga
benar-benar bersih bagi yang akan diwarisi?
Dapatkah kita kepada jantung
kita yang berpuluh tahun bekerja setia
Setiap detik dia berdenyut untuk
kelangsungan hidup kita
Siapkah kita, bila jantung kita berkata, "Sudah,
cukup sampai di sini saja?"
Pada suatu masa, di suatu tempat, maut akan
tiba
Beratus kemungkinan waktunya
Beribu kemungkinan tempatnya
Melalui
gabungan kemungkinan bentuk dan cara
Lewat penyakit, kecelakaan, perang,
berbagai bencana
Di dalam rumah, kendaraan, jalan raya, di alam
terbuka
Secara sangat pelahan dan begitu lama orang dapat
menduga-duga
Secara pelahan orang mana mungkin menerka
Secara tak
disangka, sangat tiba-tiba tanpa isyarat suatu apa
Dan tepat pada detik
terjadinya
Kita yang menyaksikan, semua terpana, menundukkan
kepala
Semua terpukul, tergoncang, terhempas, terobek, tiada sepatah
kata
Semua menitikkan air mata
Belum pernah mereka yang mengalami
dicabut nyawanya
Kembali ke dunia dan menyampaikan pengalaman ajal yang
nyata
Sehingga paling banyak kita hanya mengira menduga
Mereka yang
berlarian bergelimpangan di pantai Lhok Nga
Mereka yang digulung lumpur
tsunami sepanjang jalan Syiah Kuala
Mereka yang kehabisan nafas dikejar
dinding air setinggi pohon cemara
Kanak-kanak yang bertengger di dahan batang
nangka
Orang-orang yang memanjat pohon kelapa
Ibu-ibu yang hanyut dengan
bayinya
Kabel putus habis, tiang listrik yang bengkok patah tiga
Rumah
punah, hotel rubuh, truk remuk, asrama rata
Berpuluh, beratus, beribu,
berpuluh ribu banyaknya
Jenazah di bawah puing, di tengah puing, di atas
puing berada
Bergelimang lumpur, bergelimang air mata
Menyesak udara,
menyesak dada kita semua
Wahai Krueng Aceh
Wahai Krueng
Lamteh
Jadilah air sungai yang jernih kembali kiranya
Maut telah menjemput
saudara-saudara kita
Jannah jualah bagi mereka
Maut akan menjemput kita
pula
Dapatkah kita menyusul ke Firdaus yang sama?